Setelah kembali ke masa aktif sekolah pasca libur di bulan suci Ramadhan, pihak perpustakaan MTsN 2 Aceh Utara kembali menerima hibah 2 buku Antologi Cerpen. Buku cerita fiksi dengan judul ‘Penyesalan yang Tak Terucap’ dan ‘Cinta Malaikat Tak Bersayap’ merupakan hasil goresan pena Ibu Yuhafliza, S.Pd., M.Pd. bersama rekan-rekan penulisnya se-Indonesia.
Antologi cerpen yang ber-ISBN 978-623-7648-81-9 dan ISBN 978-623-7684-65-9 masing-masing terdiri dari 160-170 halaman. Menurut keterangan dari pihak penerbit, keuntungan dari buku yang diterbitkan oleh Sefa Bumi Persada ini akan didonasikan kepada saudara kita yang ada di Palestina.
Prosesi penyerahan buku tersebut secara langsung diterima oleh Kepala Perpustakaan MTsN 2 Aceh Utara Ibu Nurmasyitah, S.Pd.I didampingi oleh Waka Sarpras Bapak Syafruddin, S.Pd.I di depan Gedung perpustakaan madrasah pada Senin, 30 Mei 2022.
“Dua buku ini merupakan suatu persembahan yang patut kami apresiasikan. Setelah beberapa waktu lalu Ibu Yuhafliza juga telah menghibahkan lima karya ilmiahnya yang telah dipublikasikan pada jurnal ilmiah nasional terakreditasi seperti Jurnal Lentera dan Aliterasi. Jurnal-jurnal tersebut adalah hasil penelitian Ibu Yuhafliza pada bidang Bahasa dan Sastra selama tiga tahun terakhir”, ujar Ibu Nurmasyitah yang ditemui di ruang kerjanya.
“Harapan kami sebagai pihak perpustakaan, semoga kami juga bisa mengikuti jejak Bu Lija (begitu nama sapaan murid-muridnya) dalam menulis. Baik itu menulis karya ilmiah maupun non ilmiah, sehingga perpustakaan kami akan banyak diisi oleh buku-buku dan karya tulis dewan guru madrasah kami sendiri”, Lanjut Ibu Nurmasyitah.
Ketika ditanyakan bagaimana proses Ibu Lija dalam menulis disela-sela kesibukannya mengajar, beliau mengatakan bahwa “Ini hanya hobby yang disalurkan selama mengisi liburan. Pada dasarnya menulis cerita fiksi khususnya cerpen bukanlah sesuatu yang rumit. Kita bisa memulainya dengan menulis hal-hal yang paling menarik dan berkesan, baik itu sedih maupun senang dalam kehidupan. Menjadi penulis juga mengajarkan kita menjadi orang yang lebih peka. Peka terhadap apa yang kita lihat, kita dengar, kita rasakan, atau yang kita hayalkan. Baik itu yang kita alami sendiri maupun orang lain.”
“Intinya, coba saja dulu, lama-lama akan terbiasa karena siapapun pasti bisa menjadi penulis. Seperti kata Imam Al-Ghazali ‘Jika kau bukan anak raja atau anak ulama besar, maka menulislah’. “ Ucap Ibu Yuhafliza sambil tersenyum.